Sabtu, 15 Desember 2012

Kisah Lainnya

         Dan 'Kisah Lainnya' membawaku untuk berkunjung ke beberapa tempat dan waktu yang berbeda hari ini. Mulai dari lingkungan sekolah, rumah, studio musik, kafe, panggung...sampai dengan ruangan lengkap dengan jeruji besi, Kebon Waru.
Bukan tentang Ariel, Uki, Lukman, Reza maupun David. Tapi kisahnyalah yang menghidupkan tulisan dalam kisah lainnya untuk kemudian menjadi 'Suara Lainnya'.

          Benar memang kalau Tuhan punya garis sendiri untuk masing-masing jiwa, maka ketika kita keluar dari garis tersebut jiwa kita seolah limbung akan arah, limbung akan tujuan yang mungkin telah direncanakan lebih dari matang. Jika sudah seperti itu, baiknya berdiskusi saja dengan Tuhan,
          Dia akan selalu memberi jawaban, dengan tanpa ragu harusnya kita yakin itu. Jawaban-Nya bukanlah kata-kata yang bisa di dengar biasa saja, dan mungkin juga bukan bantuan yang tiba-tiba datang dengan kasat mata, tapi berupa ketenangan, siapa yang bisa memberi ketenangan jiwa lebih absotut dari pada Dia, Tidak ada.
         Aku, aku tidak pernah tau kapan titik terendahku, bahkan mungkin ketika kalut dengan segala tekanan karena skripsi yang telah berlalu itu bukanlah era saat aku terlahir kembali. Karena siapa tahu entah kapan, mungkin suatu saat nanti ataupun besok, atau mungkin juga beberapa menit setelah ini aku merasakan titik yang lebih tendah lagi.
Titik terendah adalah wujud kasih sayang Tuhan. Seperti diturunkan dari dataran menuju ke lembah, lalu lebih dalam lagi menuju ke jurang, atau lebih dekat lagi ke perut bumi, mungkin juga ke palung laut yang sudah dalam penuh tekanan pula sampai butuh teknologi khusus untuk mencapainya.
Titik terendah mengajarkan untuk mendaki kembali, makin dalam maka akan makin berat, makin dalam juga akan makin memuaskan juga akhirnya.
         Setiap buku yang aku baca memberi rasa iri yang mendalam, baik fiksi maupun non fiksi, pertama iri kepada penulisnya, kedua iri kepada karakter yang diciptakan -jika itu menarik-.
Kapan giliranku menerbitkan buku, "aaah...menulis ya menulis saja" , kata pikiranku. Benar juga, menulis itu tak ubahnya seperti berkarya, harusnya kalauu bisa menghasilkan uang dari menulis itu jadi bonus saja.
         Kembali lagi ke "Kisah Lainnya",aku suka sketsa-sketsa di dalamnya. Sketsa R-besar yang entah kenapa aku yakin itu belum sampai sebagian, public figure juga perlu editing kan kalau menerbitkan buku.
Sketsa yang lepas, menarik. Biasa tapi patut diapresiasi, ada kisah yang tidak biasa di balik goresan itu. Seniman itu apa adanya, sebuah karya tidak akan jadi luar biasa walau dipaksakan, biarkan saja mengalir dan menikmati proses berkarya itu. Bukan hanya untuk musik tapi juga rupa, seni rupa, apapun itu alirannya.
         Passion, kemudian bertemu dengan kawan. Menjadi sahabat lalu muncul ego tanpa kendali. Ketidak dewasaan itu menimbulkan ketidak sinkron an antar jiwa yang masih muda, bukan hanya mereka, aku sendiri juga. Lagi-lagi waktu yang berperan, mendewasakan.
Saling memahami harus dilandasi oleh rasa saling membutuhkan dan menyayangi. Uki, David, Lukman, Reza dan Ariel memiliki semua unsur itu, terlepas dari bersatunya mereka dalam sebuah band ternama, aku menyukai persahabatan mereka.

Kisah Lainnya


         Aku belum berpenghasilan hingga kini, itu beban memang, tapi aku tidak berhenti belajar, dari mana saja dan dari apa saja, bahkan dari "Kisah Lainnya".
Kehidupan itu adalah sekolah yang sesungguhnya, dengan segala macam tanda kelulusan yang sangat nyata.

         Ini adalah sebagian yang aku pelajari hari ini:

"Walaupun begitu, saya bukan tipe anak muda yang memandang kebebasan tanpa tanggung jawab. Penguasaan saya pada instrumen gitar adalah salah satu bukti tanggung jawab saya atas kepercayaan tadi. Saya sadar, dengan menguasai instrumen ini, jendela dunia akann terbuka untuk saya." -Lukman-  (hal. 61)

"Ketika kopi dan gula di seduh dengan air panas, lalu diaduk dengan sendok, ketiga unsur tersebut saling bercampur. Dalam keadaan seperti itu, kita tidak bisa menikmati bagaimana rasanya minum tadi. Tetapi, kalau sabar menunggu sebentar, semua kenikmatan dari kopi akan muncul karena ampasnya kini sudah ada di dasar gelas." -Reza- (hal. 135)

"Bagi saya, apa yang saya alami ini adalah cambuk. Saya bukan sosok yang religius, tetapi sangat sadar campur tangan Sang Pencipta selalu mewarnai tiap langkah yang saya jalani. Di saat sakit itu, saya merasa tombol kehidupan saya sedang disetel ulang, di-restart." -David- (hal. 142)

"Suatu kesalahan yang ditanggapi dengan kesalahan berikutnya karena arogansi, emosi, dan sulut provokasi sering membuat yang benar awalnya menjadi salah pada akhirnya. Kesalahan harus ditanggapi dengan cara yang benar; tergantung siapa yang ebih dewasa dan berjiwa besar." -Ariel- (hal. 159)

"Perjalanan Suara Lainnya bukan hanya sekedar membuat album musik. bagi saya, ini adalah sebuah perjalanan spiritual yang banyak hikmahnya; menerima keadaan yang tidak saya sukai sebagai ujian Illahi dan pemahaman bahwa popularitas itu tidak ada artinya. Bahwa kita harus pasrah terhadap hukum Tuhan." -Uki- (hal. 179-180)







Kamis, 13 Desember 2012

'5cm'

Hari ini sebelum memasuki area Grand 21, sedikit merasa khawatir.
"Jangan-jangan tiket '5cm' sudah sold out sampai jadwal penayangan paling malam."
But finally i feel so relief, i'm gotten the ticket, yeay...for me and him.

'5cm'

'5cm'



      

          Persahabatan dan tentang sebuah mimpi yang harus dipertahankan juga mewujudkannya, aku memang  belum membaca bukunya meskipun setiap berada di toko buku aku selalu menyentuh '5cm' dan membaca sinopsis di halaman belakangnya. Tapi belum terbeli.
Aku mengingat mereka seketika, tentang tujuh orang termasuk aku dan menjadi sunseters saat kami bersama. Aku memang not good enough sebagai seorang sahabat, tapi aku yakin sosok-sosok kalian itu tidak akan pernah tergantikan.
          Kalau juga ada kesempatan untuk mengajak kalian menjelajah, aku juga mungkin akan memilih puncak Mahameru-gunung Lawu terlalu dekat dan kurang tinggi-. Terlebih dari kisah bersejarah seorang Gie yang mempunyai hubungan khusus dengan Semeru, '5cm' makin menguatkan alasanku untuk itu. Kawan, ombak di atas langit yang bisa kita lihat dari atas Mahameru itu indahnya tak terucapkan. Seperti dalam kisah-kisah dewa Yunani, mungkin Semeru seperti semacam tangga menuju kahyangan.
          Coba saja jika kita lebih dekat lagi, dan belum ada satupun dari kita yang menikah, mungkin masih akan sering menjadi pengejar senja. Tapi mimpi kita masing-masing berbeda, kita seperti mendaki di tujuh gunung yang berbeda, maka kita juga akan sampai di puncak yang berbeda. Satu hal, aku ingin saat kita masing-masing telah mencapai puncak, kita masih bisa melihat satu sama lain walaupun dalam ketinggian yang tidak sama. Entah dengan teropong atau mata telanjang.
      


Nanti yang entah kapan semoga kita benar-benar bertemu pada suatu tempat seindah Mahameru, atau lebih indah dari itu. Suatu senja yang aku rindu.
      


Rabu, 12 Desember 2012

just humming before sleeping

Setelah lelah dengan lembar-lembar sketsa, lalu membaca. Masih ditemani dengan segelas kopi yang tak kunjung habis, telah mendingin pula.
          Buku 'Kisah Lainnya' yang baru menginjak lembar ke-4, baru saja mulai pada kalimat-kalimat intro dari Ariel, menceritakan tentang titik ter absurd dari hidupnya.
          Winamp memutar lagu-lagu secara random. Waktu-waktu ternikmat saat dini hari yang tenang, dan sekarang tentunya kembali berada dalam 'new entri' blog. Jam di mana selalu saja ada yang ingin dituliskan se'tidak'penting apapun itu, mungkin akan menjadi mimpi buruk jika tidak segera di luapkan, atau mungkin aka menjadi sebuah film tak terekam dalam mimpi.
          Menulis, inspirasi itu selalu butuh sokongan, tapi jangan sampai mengandalkan kondisi menyedihkan untuk dapat menulis, tidak harus kan menunggu putus cinta baru dapat menghasilkan tulisan yang brilian?. Menulis itu seperti mengikuti aliran air, itupun tergantung aliran air apa dan di mana. Kalau di ibaratkan air telaga yang jernih, ceritanya mungkin semacam dongeng penghantar tidur seorang peri kecil. Jadi kalau aliran air terjun, bisa jadi itu semacam cerita petualangan  seperti 'journey to the center of the earth'.
Dan biar bagaimanapun, air itu bukan hanya ada di sungai, bagaimana aliran air jus yang tumpah, cerita macam apa jadinya?
        
sunset glow
          *menyruput kopi*

Kalau nanti kopiku sudah habis, aku akan segera tidur, kira-kira kurang tiga kali teguk lagi.
          Selalu saja begini, kalau tidak berada di rumah, aku selalu merasa sayang melewatkan malam hari hanya untuk tidur cepat, seperti mengejar waktu, well padahal waktu juga konsisten tidak pernah makin cepat ataupun makin lambat.
Paling tidak dua atau tiga tahun lagi aku ingin setidaknya 90% mimpiku tercapai, kalau lebih cepat malah lebih baik. Harus segera googling akun twitter sang waktu agar bisa mengirim direct message ke dia untuk memberi keringanan.

triple 12

What the most special today ?
for me..i can sleep more than 3 hours on the middle of the day, thats lil bit strange.
12 12 12...be trending topic on twitter
12 12 12...many people talk about this day (me too)
12 12 12...the rumor said today is the end of the day (too creepy) >,<

        Apapun itu dan apapun yang akan terjadi hari ini atau kelak, penomoran hanyalah sebuah simbol dan tanda, cantiknya sebuah kombinasi angka itu adalah rencana Tuhan yang begitu unik, dan kiamat itu adalah rahasia Tuhan yang paling rahasia.

fairy coffee
        Ketika banyak orang yang biasanya sama sekali tidak menggubris tentang sebuah tanggal ataupun hari, dan hari ini menjadi sangat interest, artinya uforia tanggal langka masih punya pengaruh. Dunia dan segala simbol yang ada di dalamnya itu unik, maka dari itu alangkah baiknya untuk tidak terjebak dalam suatu hal tuntutan duniawi yang menjemukan, such like 'pekerjaan', karena Tuhan menciptakan banyak hal menarik, bukan untuk dipuja (hal menariknya), tapi untuk menyisipkan sebuah tanda kalau Dia adalah penguasa.


Alhamdulillah...

Senin, 10 Desember 2012

Sketsa Hujan

          Ketika hujan semakin lebat, kamu tak kunjung bergeming dari tempat semula. Menatap lekat kepadaku seolah memohon. Itu gila saat kamu tak berkedip meski kilat membuatku tersentak.
Tidak salah lagi, yang ada di genggam tangan kirimu adalah payung, kenapa tidak dipakai saja?
Aku ingin beranjak, tapi melihatmu di sudut sana membuatku urung pergi. Aku ingin menghampirimu, namun aku hampir tidak punya alasan untuk itu, bahkan aku masih berada di sini juga karena menunggu hujan reda. Aku tidak pernah membawa payung.
          Sambil sesekali menyruput kopi, aku terus membuat sketsa , kali ini tentang bocah kecil dan payungnya, sedikit beraroma 'manga'. Ku lirik ke arahmu, aku kira sudah pergi, ternyata kamu hanya minggir sedikit dan berteduh di depan toko alat-alat musik.
Sebenarnya siapa yang kamu tunggu, karena aku tidak lagi melihat tatapan itu, dia menunduk.
           Tapi setidaknya aku lega dia tidak lagi kehujanan.
           Jendela kedai kopi ini cukup lebar, dan aku bisa dengan jelas melihat langit yang mulai cerah. Gerimisnya cantik sekali, aku segera membayar untuk secangkir kopi dan sepotong kue coklat  yang sudah habis sedari tadi.
Mengemasi kertas-kertas gambarku agar tidak basah dan melenggang keluar kedai dengan bersemangat. Angin dingin berhembus saat kubuka pintu kaca kedai. Meski dingin kuhirup dalam-dalam juga, hujan kali ini istimewa karena sepertinya ini hujan pertama di bulan Desember.
          Di tepi tangga kecil depan kedai, melangkah perlahan dan menengadahkan tangan untuk merasakan tetes hujan, ada bayangan di telapak tangan, sepertinya langit batal menghentikan hujan.
Aku salah, ada seseorang memayungiku, tersenyum dan menyodorkan payungnya padaku. Lelaki itu, yang menatapku saat hujan lebat tadi, siapa kamu? siapa orang di depanku ini?
           

Hujan senja

Warna senja kali ini berbeda, tak ubahnya seperti dalam cerita horor, dominan dengan warna hitam dan abu. Hujan menyamarkan warna sawah dan daun bambu di seberang.
          Aromanya masih sama dengan hujan-hujan yang sebelumnya, khas dan menenangkan. Namun suaranya kali ini seperti lulaby dan aku ingin tidur seketika
          Selamat tidur -untukku- hujan, nanti saat aku terbangun, aku  harap setidaknya masih ada sisa gerimis untuk menemaniku makan malam.

Minggu, 09 Desember 2012

sebuah pagi

           Sebuah pagi yang aku buat luar biasa, percayalah...cuma hasil karya Tuhan yang bisa mencengangkan seluruh indra. Dan rasa kopi ini adalah keajaiban yang tiada terkira untukku.
           Aku pernah mendengan dari seseorang, di salah satu stasiun tivi dia mengatakan -dia juga mengutip kata-kata dari gurunya- bahwa "ketika kita bisa menangis saat melihat daun kering terjatuh dan menyentuh tanah, maka pada saat itulah kita benar-benar telah mengenal Tuhan" ...at least, benar-benar merasakan kalau Tuhan itu ada.
           Anyway, beberapa hari ini aku disibukkan dengan khayalan-khayalan baru yang menyenangkan, ide-ide tentang sketsa dan lukisan aquarel dengan tema balon warna-warni dengan latar alam ataupun kota tapi memiliki kesan vintage. Mungkin aku akan sedikit kesulitan untuk membuat efek warna transparan agar benar-benar terlihat cerah, tak masalah, itu hanya sebuah proses.
           Sempurna dalam sebuah karya itu tetap saja relatif, kalau bertemu dengan karakter akan beda lagi hasilnya, yang pasti aku masih berada dalam tengah-tengah, mencari-cari dan waspada menempatkan goresan. Satu lagi, aku masih membutuhkan sebuah kamera, ada banyak hal yang ingin ku abadikan, sedang memoriku tidak akan sanggup menyimpan semua detail itu. Objek-objek yang nantinya akan aku duplikasi kembali oleh tanganku sendiri.