Bukan tentang Ariel, Uki, Lukman, Reza maupun David. Tapi kisahnyalah yang menghidupkan tulisan dalam kisah lainnya untuk kemudian menjadi 'Suara Lainnya'.
Benar memang kalau Tuhan punya garis sendiri untuk masing-masing jiwa, maka ketika kita keluar dari garis tersebut jiwa kita seolah limbung akan arah, limbung akan tujuan yang mungkin telah direncanakan lebih dari matang. Jika sudah seperti itu, baiknya berdiskusi saja dengan Tuhan,
Dia akan selalu memberi jawaban, dengan tanpa ragu harusnya kita yakin itu. Jawaban-Nya bukanlah kata-kata yang bisa di dengar biasa saja, dan mungkin juga bukan bantuan yang tiba-tiba datang dengan kasat mata, tapi berupa ketenangan, siapa yang bisa memberi ketenangan jiwa lebih absotut dari pada Dia, Tidak ada.
Aku, aku tidak pernah tau kapan titik terendahku, bahkan mungkin ketika kalut dengan segala tekanan karena skripsi yang telah berlalu itu bukanlah era saat aku terlahir kembali. Karena siapa tahu entah kapan, mungkin suatu saat nanti ataupun besok, atau mungkin juga beberapa menit setelah ini aku merasakan titik yang lebih tendah lagi.
Titik terendah adalah wujud kasih sayang Tuhan. Seperti diturunkan dari dataran menuju ke lembah, lalu lebih dalam lagi menuju ke jurang, atau lebih dekat lagi ke perut bumi, mungkin juga ke palung laut yang sudah dalam penuh tekanan pula sampai butuh teknologi khusus untuk mencapainya.
Titik terendah mengajarkan untuk mendaki kembali, makin dalam maka akan makin berat, makin dalam juga akan makin memuaskan juga akhirnya.
Setiap buku yang aku baca memberi rasa iri yang mendalam, baik fiksi maupun non fiksi, pertama iri kepada penulisnya, kedua iri kepada karakter yang diciptakan -jika itu menarik-.
Kapan giliranku menerbitkan buku, "aaah...menulis ya menulis saja" , kata pikiranku. Benar juga, menulis itu tak ubahnya seperti berkarya, harusnya kalauu bisa menghasilkan uang dari menulis itu jadi bonus saja.
Kembali lagi ke "Kisah Lainnya",aku suka sketsa-sketsa di dalamnya. Sketsa R-besar yang entah kenapa aku yakin itu belum sampai sebagian, public figure juga perlu editing kan kalau menerbitkan buku.
Sketsa yang lepas, menarik. Biasa tapi patut diapresiasi, ada kisah yang tidak biasa di balik goresan itu. Seniman itu apa adanya, sebuah karya tidak akan jadi luar biasa walau dipaksakan, biarkan saja mengalir dan menikmati proses berkarya itu. Bukan hanya untuk musik tapi juga rupa, seni rupa, apapun itu alirannya.
Passion, kemudian bertemu dengan kawan. Menjadi sahabat lalu muncul ego tanpa kendali. Ketidak dewasaan itu menimbulkan ketidak sinkron an antar jiwa yang masih muda, bukan hanya mereka, aku sendiri juga. Lagi-lagi waktu yang berperan, mendewasakan.
Saling memahami harus dilandasi oleh rasa saling membutuhkan dan menyayangi. Uki, David, Lukman, Reza dan Ariel memiliki semua unsur itu, terlepas dari bersatunya mereka dalam sebuah band ternama, aku menyukai persahabatan mereka.
Kisah Lainnya |
Aku belum berpenghasilan hingga kini, itu beban memang, tapi aku tidak berhenti belajar, dari mana saja dan dari apa saja, bahkan dari "Kisah Lainnya".
Kehidupan itu adalah sekolah yang sesungguhnya, dengan segala macam tanda kelulusan yang sangat nyata.
Ini adalah sebagian yang aku pelajari hari ini:
"Walaupun begitu, saya bukan tipe anak muda yang memandang kebebasan tanpa tanggung jawab. Penguasaan saya pada instrumen gitar adalah salah satu bukti tanggung jawab saya atas kepercayaan tadi. Saya sadar, dengan menguasai instrumen ini, jendela dunia akann terbuka untuk saya." -Lukman- (hal. 61)
"Ketika kopi dan gula di seduh dengan air panas, lalu diaduk dengan sendok, ketiga unsur tersebut saling bercampur. Dalam keadaan seperti itu, kita tidak bisa menikmati bagaimana rasanya minum tadi. Tetapi, kalau sabar menunggu sebentar, semua kenikmatan dari kopi akan muncul karena ampasnya kini sudah ada di dasar gelas." -Reza- (hal. 135)
"Bagi saya, apa yang saya alami ini adalah cambuk. Saya bukan sosok yang religius, tetapi sangat sadar campur tangan Sang Pencipta selalu mewarnai tiap langkah yang saya jalani. Di saat sakit itu, saya merasa tombol kehidupan saya sedang disetel ulang, di-restart." -David- (hal. 142)
"Suatu kesalahan yang ditanggapi dengan kesalahan berikutnya karena arogansi, emosi, dan sulut provokasi sering membuat yang benar awalnya menjadi salah pada akhirnya. Kesalahan harus ditanggapi dengan cara yang benar; tergantung siapa yang ebih dewasa dan berjiwa besar." -Ariel- (hal. 159)
"Perjalanan Suara Lainnya bukan hanya sekedar membuat album musik. bagi saya, ini adalah sebuah perjalanan spiritual yang banyak hikmahnya; menerima keadaan yang tidak saya sukai sebagai ujian Illahi dan pemahaman bahwa popularitas itu tidak ada artinya. Bahwa kita harus pasrah terhadap hukum Tuhan." -Uki- (hal. 179-180)
manusia-manusia dalam "Kisah Lainnya" (on Twitter)
Nazril Irham--->@R_besar
David Albert--->@DorfelDave
Mohamad "Uki" Kautsar Hikmat--->@uki_kautsar
Lukman Hakim--->@Luck_man2
Ilsyah Ryan Reza--->@mqeet
NOAH official website ---> http://www.noah-site.com/
NOAH on Twitter ---------> @NOAH_ID
Tidak ada komentar:
Posting Komentar