Minggu, 27 Januari 2013

Hutan Imaji

Ketika aku lupa untuk berkhayal, rasanya seperti sepersekian detik batas waktu untuk bernafas berhenti. khayalan itu lebih dari sekedar oksigen, lebih dari sekedar ruh yang dapat menggerakkan tulang-tulang.
 
Suatu saat nanti aku akan sampai di hutan penuh rawa kecil, rawa yang dangkal dan tidak pernah menenggelamkan.
Hutan dengan pohon-pohon berdiameter raksasa penuh rongga di akarnya, bahkan aku bisa masuk dengan merunduk ke dalamnya.
Hutan ini tidak gelap saat malam, tidak juga redup saat hujan
Saat aku selalu percaya, kerlip cahaya keluar dengan cepat dari berbagai sudut, dari balik daun-daun yang baru tumbuh, dari  kelopak bunga yang terakhir kali aku lihat masih kuncup.
Cahaya-cahaya berpendar dari lekukan akar tua lembab, 
cahaya-cahaya kecil di mana-mana,
tawa-tawa samar bergema riuh,
melodi-melodi nyaring memanjakan.
Aku tidak ingin tertegun, aku ingin meminta sedikit saja serbuk mereka agar aku juga dapat terbang, aku harap mereka mengerti yang aku katakan.


(ini mimpi, bukan pura-pura mimpi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar